Pertanian Subsisten : Pengertian, Tipe, Apa Itu Pertanian Subsisten
Apa itu pertanian subsisten? Pertanian subsisten atau yang juga disebut dengan pertanian swasembada (self sufficiency) adalah jenis pertanian dimana para petani lebih berfokus pada usaha dalam membudidayakan bahan pangan dalam jumlah cukup, tidak hanya itu dirinya sendiri tetapi juga keluarga.
Tentu saja akan ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan para petani dengan menerapkan pertanian subsisten.
Ciri pertanian subsisten sendiri adalah memiliki beragam varian tanaman dan hewan ternak untuk dikonsumsi. Bahkan kadang kalanya juga serat untuk bahan bangunan dan pakaian.
Selain itu, dalam pertanian subsisten keputusan tentang tanaman apa yang bakal ditanam biasanya bergantung pada apa yang diinginkan keluarga tersebut untuk dimakan tahun mendatang. Juga dengan mempertimbangkan harga pasar.
Keuntungan Pertanian Subsisten
Seperti yang telah kami sebutkan di awal, bahwa pertanian subsisten ini memiliki beberapa keuntungan, salah satunya dapat membawa beberapa dampak positif bagi kehidupan.
Keuntungan penerapan pertanian subsisten adalah kesejahteraan para petani lebih terjamin. Yang demikian tersebut dikarenakan petani menanam tanamannya berdasarkan kebutuhan serta ditujukan secara khusus untuk kesejahteraan keluarganya.
Pertanian subsisten pada dasarnya lebih cocok diterapkan pada pertanian organik yang menggunakan beberapa bahan-bahan pertanian yang jauh lebih aman, yakni anti bahan kimia.
Itu artinya bahan yang digunakan pada pertanian subsisten lebih terjamin keamanannya dan bebas dari pestisida dan pupuk buatan.
Biasanya pupuk yang digunakan pada pertanian subsisten adalah pupuk cair organik yang merupakan salah satu jenis pupuk Nasional Nusantara (NASA).
Penggunaan pupuk organik juga bahan alami yang lain tentu saja akan menjadikan kualitas hasil pertanian subsisten lebih sehat dan pastinya aman bagi kesehatan juga lingkungan sekitar.
Pada dasarnya penerapan pertanian subsisten sendiri bertujuan untuk merubah paradigma pertanian yang hanya berorientasi pasar ke orientasi survivalitas.
Jika pertanian hanya ditujukan untuk penuhi pasar, maka para petani belum tentu bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Makanya sistem subsisten lebih menekannya pada pemenuhan kebutuhan bagi diri sendiri.
Dengan terpenuhinya kebutuhan diri sendiri maka akan terpenuhi pula kesejahteraan kehidupan di keluarga. Hal tersebut tentunya juga tidak bisa menutup kemungkinan juga ada hasil pertanian yang dijual.
Pertanian subsisten ini tentu saja penting peranannya untuk menjamin kesejahteraan petani juga keluarganya.
Tipe Pertanian Subsisten
Ada beberapa kriteria ataupun tipe dari pertanian subsisten, seperti berikut :
Pertanian Berpindah
Untuk tipe yang pertama ini adalah ada beberapa area hutan yang dibersihkan menggunakan cara dibakar dan ditebang, lalu untuk tanaman pertaniannya nanti akan ditumbuhkan disana.
Setelah 2-3 tahun digunakan maka tingkat kesuburan tanah akan berkurang sehingga lahan mulai ditinggalkan dan petani pun akan membuka lahan baru.
Nah, pada lahan yang ditinggalkan ini secara perlahan akan alami yang namanya suksesi menjadi jenis hutan sekunder dan tingkat kesuburan tanah pun secara perlahan akan kembali hingga akhirnya para petani akan kembali ke lahan tersebut.
Cara bertani yang seperti ini biasanya diterapkan di wilayah dengan tingkat kepadatan rendah.
Penggembalaan Nomaden
Lalu untuk tipe pertanian subsisten yang berikut ini akan dilakukan oleh mereka yang berpindah bersama dengan hewan yang dibudidayakannya. Biasanya mereka membudidayakan domba, sapi, unta, dan kambing, untuk memproduksi daging, susu, wool, dan kulit.
Mereka bahkan sering sekali membawa alat pemrosesan hasil ternak sederhana, contohnya saja untuk memproduksi keju. Cara hidup yang seperti ini biasanya dilakukan di Asia Barat dan Tengah, Afrika Timur dan Barat Daya, serta Eurasia Utara.
Pertanian Subsisten Intensif
Lalu untuk jenis atau tipe pertanian subsisten yang terakhir ini biasanya diterapkan pada wilayah padat populasi, seperti China dan India.
Para petani akan menggunakan beberapa lahan sempit yang dimilikinya untuk menghasilkan pertanian yang cukup untuk dikonsumsi sendiri.
Sementara itu sebagian kecil hasilnya akan digunakan untuk ditukarkan dengan barang lain.
Petani akan menggunakan alat sederhana dan mencoba mendapatkan hasil yang cukup, misalnya saja dengan cara mengintensifkan metode budidaya yang baik dan benar, termasuk halnya dalam menyiapkan sawah yang digunakan di setiap tahun.
Di beberapa tempat, petani bahkan juga membuat teras di bukit-bukit untuk hasilkan padi.